Tanjungpinang, 28 Mei 2025 — STISIPOL Raja Haji bekerjasama dengan Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau (LAMKR) Kota Tanjungpinang dan Lembaga Pelestari Nilai Adat dan Tradisi (PESILAT) Kepulauan Riau kembali menunjukkan komitmennya dalam pelestarian budaya lokal dengan menggelar seminar bertajuk “Workshop Adat Istiadat Melayu dalam Prosesi Pernikahan.” Acara ini dibuka oleh Ketua Admisi, Billy Jenawi, dan dihadiri oleh dosen-dosen terkemuka seperti Riau Sujarwani dan Desmayeti Arfa. Seminar ini menghadirkan tiga pemateri utama: Dato’ Setia Perdana Rendra Setyadiharja yang membahas Adat Istiadat Peminangan, Dato’ Setia Perdana Ramli Muasmara dengan materi Adat Istiadat Serah Terima Hantaran Pernikahan, serta Dato’ Setia Perdana Yoan S. Nugraha yang mengupas Adat Istiadat Tepuk Tepung Tawar.

Menelusuri Makna di Balik Tradisi
Dalam paparannya, Dato’ Rendra Setyadiharja menekankan pentingnya memahami filosofi di balik setiap tahapan peminangan dalam budaya Melayu, yang sarat dengan nilai-nilai kesopanan dan penghormatan antar keluarga.Dato’ Ramli Muasmara menjelaskan bahwa serah terima hantaran bukan sekadar simbol materi, melainkan representasi dari niat baik dan komitmen antar dua keluarga. Sementara itu, Dato’ Yoan S. Nugraha menambahkan bahwa prosesi Tepuk Tepung Tawar memiliki makna spiritual sebagai bentuk doa restu dan harapan akan kehidupan rumah tangga yang harmonis.
Akademisi dan Budayawan Bersinergi
Kehadiran dosen seperti Riau Sujarwani dan Desmayeti Arfa menunjukkan sinergi antara dunia akademik dan pelestarian budaya. Riau Sujarwani, yang dikenal aktif dalam penelitian kebijakan publik, menyatakan bahwa pemahaman terhadap adat istiadat lokal dapat memperkaya perspektif mahasiswa dalam melihat dinamika sosial masyarakat. Desmayeti Arfa, dosen sosiologi, menambahkan bahwa tradisi seperti ini merupakan cerminan dari struktur sosial dan nilai-nilai yang dianut oleh komunitas Melayu, sehingga penting untuk dipelajari dan dilestarikan.
Menjaga Warisan Lewat Pendidikan
Ketua Admisi, Billy Jenawi, dalam sambutannya menegaskan bahwa STISIPOL Raja Haji berkomitmen untuk tidak hanya memberikan pendidikan formal, tetapi juga membekali mahasiswa dengan pemahaman akan budaya lokal. “Melalui seminar ini, kami berharap mahasiswa dapat menghargai dan melestarikan warisan budaya Melayu, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Billy.
Seminar ini menjadi bukti nyata bahwa institusi pendidikan memiliki peran strategis dalam menjaga dan mengembangkan budaya lokal. Dengan melibatkan akademisi dan budayawan, STISIPOL Raja Haji berhasil menciptakan ruang dialog yang produktif untuk memperkuat identitas budaya di tengah arus globalisasi.
