Sabtu (3/5/2025), Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah di Kota Tanjungpinang dipenuhi antusiasme puluhan mahasiswa dari dua perguruan tinggi: STISIPOL Raja Haji dan STAIN Sultan Abdul Rahman (SAR). Mereka mengikuti kegiatan bertajuk “Mahasiswa Masuk Museum” atau disingkat 3M, sebuah pembelajaran langsung yang menjembatani teori perkuliahan dengan khazanah budaya yang hidup dalam artefak dan manuskrip atau arsip sejarah.
Kegiatan yang berlangsung pukul 09.00 hingga 12.00 WIB ini diikuti oleh 55 mahasiswa dari Program Studi Administrasi Publik dan Ilmu Pemerintahan STISIPOL Raja Haji, serta 30 mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN SAR. Kedua kelompok ini berada di bawah bimbingan dosen pengampu Rendra Setyadiharja, yang mengampu dua mata kuliah terkait: Sejarah dan Budaya Melayu serta Kajian Naskah Melayu.
Menurut Rendra, kunjungan ke museum ini merupakan bentuk konkret dari pembelajaran berbasis pengalaman yang tak tergantikan oleh ruang kelas. “Mahasiswa STISIPOL Raja Haji dikenalkan langsung dengan koleksi yang berhubungan dengan sejarah dan budaya Melayu. Sementara mahasiswa STAIN SAR difokuskan pada penelusuran naskah dan arsip yang tersimpan di museum,” jelasnya.
Antusiasme peserta disambut baik oleh pihak museum. Rambe, salah satu pengelola Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, menyampaikan bahwa museum seyogianya menjadi ruang terbuka bagi publik, khususnya generasi muda. “Museum ini adalah jendela khazanah budaya Nusantara. Semua koleksi di sini bisa menjadi sumber belajar yang luar biasa untuk membentuk rasa cinta terhadap sejarah dan budaya bangsa,” ungkapnya.
Kegiatan ini diharapkan tidak hanya menambah wawasan mahasiswa, tetapi juga membangun keterhubungan emosional dengan warisan budaya lokal. Museum bukan lagi tempat yang sunyi, melainkan ruang dialog antara masa lalu dan masa depan, tempat para intelektual muda belajar mencintai dan melestarikan identitasnya sendiri.






